Fuzzy Logics Bukit Liang Bangkai: Dari Analisis Specstrogram ke SWOT
Sebelum membaca isi buku ini, terimakasih bagi pembaca budiman juga, kiranya sudi membaca dalam sekapur sirih ini, demi efisiensi waktu dan tenaga. Adapun ringkasan sebagai berikut; Tulisan ini merupakan kumpulan riset lukisan cadas (rock art) di Situs Bukit Bangkai, selama satu setengah dekade, terutama yang terkait dengan lukisan mirip burung enggang. Beberapa bagian tulisan diterbitkan di Proseeding International dan Jornal Inovasi Lahan Basah Unggul. Di sini, saya harap pembaca budiman mengikuti dalih (pretext) dan dalil (text) “Lihat isi tulisannya tapi jangan lihat nama jornalnya” (Undzur ma qoola wala tandzur man qoola). Terdapat beberapa bab yang ada dalam buku ini.
Bab pertama, Spectroscopy Analysis Of The ‘Enggang Bird’ Cave Painting At Bukit Liang Bangkai Site, South Kalimantan, merupakan temuan rekam jejak (foot print) bangsa Austronesia yang memang secara archeoanthropologis suka mendomestikasi burung enggang. Sampai saat ini, burung enggang menjadi simbol sakral suku Dayak dan dijadikan simbol tiga perguruan tinggi negeri di Kalimantan. Untuk memahami lukisan ini, diperlukan analisis kimia seperti dating C14, X-Ray Flourescence (XRF) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Suatu metode dasar untuk menentukan komposisi bahan kimia, yang diduga umur lukisan kisaran 5.000 tahun lalu. Lukisan cadas ini berwarna hitam dan berasal selain arang.
Bab kedua, Fuzzy Logic (Bagian 1): Senandung Lukisan Cadas Dari Situs Bukit Bangkai Untuk Pendidikan Wisata Masyarakat; terkait fuzzy logics untuk lukisan cadas. Lotfi. A. Zadeh, pemikir teori fuzzy logics berkata “Memaknai suatu hal yang sangat komplek maka menghasilkan akurasi dan presisi makna yang cenderung turun”. Di sini, lukisan cadas bukan sekedar dapat dimaknai saintifik saja, secara kasat mata saja, seperti eksplorasi dengan metode XRF dan FTIR. Tetapi secara arkeologis dan antropologis bahwa lukisan cadas merupakan cara ekspresi manusia waktu itu untuk menyatakan eksistensi atau bahasa kekiniannya adalah selfi (self film). Manusia menyatakan eksistensi dirinya supaya dapat diingat oleh generasi sesudahnya atau legacy. Dengan menilisik, memilah dan memilih atau analisis antropologis kebiasaan atau tradisi suku Dayak, sesungguhnya dialah yang paling lama memaknai, memelihara dan melestarikan lukisan cadas burung enggang sebelum perguruan tinggi itu mengunakan sebagai simbol. Suku Dayak mengunakan simbol burung enggang dalam memelihara nilai-nilai yang luhur atau konservatifnya, seperti bersenandung dan menari. Dengan cara yang sama, penulis mengeksplorasi nilai dan mengkompser ulang senandung itu, menjadi senandung kekinian, yaitu dengan judul “Antara enggang, kasturi dan elang”. https://youtube.com/shorts/JzvYN4_8LtU?feature=shareatauwww.youtube.com/watch?v=YvDOS83GPkQdanhttps://www.youtube.com/watch?v=Qdkg8MdEhmY.
Bab ke tiga; Fuzzy Logic (Bagian 2): Bersenandung Dari Lukisan Cadas ke Taman Perguruan Tinggi Kalimantan. Pada bagian ini lukisan cadas burung enggang digunakan sebagai simbol perguruan tinggi Kalimantan. Makna ini kongruen dengan prilaku burung enggang yang selalu bertengker di tanaman ara dan menyebarkan biji-bijian tanaman ini. Untuk tumbuh dan menjadi hutan Kalimantan. Penulis memaknai dengan intuitif fuzzy logics, yang berjudul “Taman Perguruan Tinggi Kalimantan”. www.youtube.com/watch?v=YvDOS83GPkQ dan https://www.youtube.com/watch?v=PXp1cqMyGTY.
Pada bab ke empat; Podcast Seni Sebagai Media Pembelajaran Sains: Bukti Evolusi Musik Di Desa Dukuhrejo (5000 Tahun lalu); Pada bagian ini, terdapat lukisan seperti orang menari-nari dan menyanyi. Penulis sekali lagi, meaknai fuzzy telah bekerja di sini. Pada jaman itu, orang sudah memiliki anatomi tubuh sempurna dan berbahasa Austronesia. Pembaca budiman, dapat memperoleh penjelasan ini melalui penelitian atau keterangan ilmiah lainnya, seperti jornal akeologi atau jornal sastra. Penulis telah menyiapkan beberapa artikel bahasa Austronesia yang beberapa saat akan terbit. Di Situs Bukit Bangkai, desa Dukuhrejo ini, generasi manusia telah memiliki cita rasa seni lukis, tari dan musik, kira-kira sejak 5.000 tahun lalu dan bukti ini merupakan salah satu bukti evolusi musik. Memisahkan manusia dengan seni adalah keniscayaan. Bahkan “Seni lebih lama daripada umur manusia”, demikian ungkapan pribahasa bangsa Italia.
Bab terakhir; Fuzzy logics: Strategi analisis Streng, Weakness, Opportunity dan Treatness (SWOT) untuk menentukan kebijakan wisata Situs Bukit Bangkai. Upaya academisi, busnisman dan goverment (ABG) untuk mengembangkan green economic yang merupakan industri masa depan.
Selanjutnya, ijinkan saya berkata “The foot prints is original and the prints foot is absurd, jejak rekam adalah orisinal sedangkan merekam-rekam jejak adalah kurang akal. Dan Max Perutz, berkata “Sains tidak mengenal batas negara”, tetapi mengunakan phrase symbol dan phonem dengan mandiri adalah power lebih. Demikian Dilliston menjelaskan dalam buku “The power of symbol…“.
Terakhir, ucapan terimakasih kepada Bambang Sugiyanto sebagai arkeolog, Oky, Rio, dan Merry sebagai mahasiswa, dan Yamani sebagai fotograpfer profesional. Dan juga berbagai pihak seperti aparat desa Dukuhrejo dan pemerintah daerah Tanah Bumbu, dan lembaga penelitian dan pengabdian ULM.
Fuzzy Logics Bukit Liang Bangkai:
Dari Analisis Specstrogram ke SWOT
Tanto B. Susilo, Oni Soesanto
2023
Diterbitkan Oleh:
Penerbit Kalam Emas
E-mail: cvkalamemas@gmail.com
Anggota IKAPI No. 008/KSL/2022
Cetakan Pertama, JULI 2023
Ukuran/ Jumlah hal: 18×25 cm /205hlm
Layout & Cover: Tim Kalam Emas